Selasa, 08 Desember 2015

Sains dapat membuktikan adanya Allah.


Pada umumnya masyarakat non-Muslim cenderung memiliki paham sekuler, sedangkan masyarakat Muslim justru sebaliknya. Kedua kasus tersebut tidak ada yang menguntungkan, sehingga ada laporan Berkeley E.P. tahun 2010 menyatakan bahwa Masyarakat non-Muslim lebih Islami daripada masyarakat Muslim, dalam pola perilaku kehidupan bernegara dan sosial. Mungkin sekali hal tersebut disebabkan karena masyarakat Muslim terlalu fokus terhadap kehidupan di Akhirat nanti, padahal mereka masih berada di dunia. Perlu diingat bahwa setiap prilaku, ibadah, perbuatan baik dan buruk kita di dunia ini memiliki refleksi untuk kehidupan di Akhirat nanti. Intinya adalah seberapa jauh ajaran Islam dapat dipahami oleh kedua belah pihak yang telah disampaikan oleh Rasul, tentang Akhlaq atau Moral. Ajaran tersebut mengandung paham “sekulerisme” yang seimbang: “Berguna di Dunia namun bemanfaat di Akhirat”.

Dunia kita berada di dalam Alam Semesta ini dan para pakar astronomi telah sepakat bahwa penciptaan Alam Semesta ini telah di awali dengan suatu dentuman dahsyat yang disebut “The Big-Bang”. Dalam Al-Qur’an proses awal dari penciptaan Alam Semesta ditulis sbb; “Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya (Qs;21:30)”.

Pengertian Langit dan Bumi disederhanakan seperti yang kita alami sekarang ini, namun maksudnya yang tersirat adalah Alam Semesta.

Menurut ilmu fisika bila pada benda terpadu terjadi suatu ledakan besar, maka benda tersebut akan pecah namun atas kehendak Sang Pencipta selain terjadi penghambu-ran materi, maka pada bagian dalam benda juga terjadi pemuaian dan pemisahan. Ledakan tersebut jelas membutuhkan energi apabila pada posisi tersebut terjadi ledakan besar akan melepaskan energi adhesive pada seluruh molekul-2 dari bagian “Benda Alam Semesta” yang sebelumnya masih dalam keadaan terpadu.

Massa yang sangat kolosal tersebut akan menghambur-kan batu-batuan, debu, sinar panas dan asap. Batu2-an dan debu yang saling bergumul masih bisa disaksikan di angkasa-pura sampai sekarang. Hal tersebut tidak ada kontradiksi dengan Ilmu Fisika, (sekuler), walaupun proses kejadiannya telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an dengan kata “pemisahan”.

Karena dentuman yang begitu dahsyat, maka percepatan pemuaian alam semesta sampai sekarang masih tetap berlangsung. Dalil kaum Ateist menyatakan bahwa alam semesta terjadi dan tersusun dengan sendirinya ternyata tidaklah benar. Pasti ada yang merecanakan karena seperti tersebut diatas untuk mengontrol ledakan dan kemudian pemisahan sudah pasti membutuhkan energy sehingga penciptaan Alam Semesta dapat di awali dengan “The Big Bang”. Dengan bantuan energy tersebut, maka pasti ada Isyaratnya yang mengatur sehingga bisa berfungsinya sistem Alam Semesta seperti sekarang ini, sudah tersirat dalam ayat Al-Qur’an.

Dentuman tersebut berada dibawah kekuasaan Allah dalam menciptakan Alam Semesta seperti langit, bumi & bulan beserta planet-planet lain dan matahari, sehingga terbentuklah tata surya, komet-2 dan bintang-bintang di cakrawala (galaksi), yang bahan bakunya berasal dari hasil ledakan yang banyak mengeluarkan debu batu2-an, sinar panas dan asap.

Kaum Atheist yang mengaku begitu yakin bahwa Allah itu tidak ada, hanya berdasarkan Allah tidak bisa dilihat dan tidak pernah menunjukkan kehadirannya di Bumi, sehingga tidak ada bukti yang terkait secara nyata (evidence), sesuai dengan filsafah Ilmu Pengetahuan (IP) sekuler klasik yang masih dianut oleh mereka.

Dengan demikian maka Sains yang kita bahas seperti diatas telah membuktikan adanya Tuhan atau Allah, jika yang membacanya juga memiliki moral yang paham akan keseimbangan antara persyaratan ilmiah Sekuler dan Non-sekuler yang lengkap. Yang penting bisa memahami seperti keterangan diatas bahwa Allah tidak mungkin berasal dari Alam Semesta yang diciptakanNya.

Sesungguhnya pola pikir dan sudut pandang kita secara alami seyogyanya sudah serasi dengan sistem alam semesta dimana kita bermukim. Alasannya adalah, perlu diketahui bahwa menurut NASA Science, misteri Alam Semesta (Universe) kita saat ini terdiri dari 68% Energi Gelap (Dark Energy), 27% Materi Gelap (Dark Matters) dan hanya 5% Materi Normal (Normal Matters), menunjukkan kepada kita betapa pentingnya peranan “IP non-sekuler”untuk mulai diperhatikan dan dipelajari. Hal tersebut diperlukan untuk menjelaskan tentang yang ghaib (mysticism), bermanfaat bagi kehidupan Dunia karena kehidupan Dunia membutuhkan Moral Energy. Pengertian tentang Moral atau Akhlaq inilah yang penting untuk dipahami, oleh manusia Muslim dan Non-Muslim, demi terciptanya kehidupan yang damai di Dunia yang fana ini.

Sekarang marilah kita lanjutkan lagi dengan soal energi; Dark Energy dan Dark Matters memang tidak bisa dilihat secara normal apalagi langsung tampak dengan jelas, namun karena bukan tergolong benda abstrak, maka ilmu fisika modern telah membuktikan melalui “Ilmu Gravitasi”, sehingga akhirnya mengetahui tentang keberadaannya.

Namun sampai detik ini para ahli fisika modern tidak memahami tentang keberadaan kedua materi gelap tersebut dan menyatakan: “Knowing is different from understanding”. Ini ada komentar dari seorang pakar astronomi:

“Now that we see the expansion of the universe is accelerating, adding in dark energy as a cosmological constant could neatly explain how space-time is being stretched apart. But that explanation still leaves scientists clueless as to why the strange force (dark energy) exists in the first place”.

Dengan disaksikannya pemuaian Alam Semesta menga-lami percepatan, maka peranan Energi Gelap, sebagai suatu konstanta kosmologi dapat dimengerti bahwa jarak benda-2 angkasa (space-time) menjadi semakin menjauh. Namun keterangan tersebut masih terkesan belum dipahami sepenuhnya oleh para pakar IP, mengapa tenaga aneh (Energi Gelap) itu benar-2 ada.

Dalam Al-Qur’an (ayat Kursi Qs;2:255), ada kalimat sebagai berikut: “KepunyaanNyalah apa-apa yang ada di langit dan bumi………..dan Allah mengetahui apa-apa yang ada dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya”.

Disini jelas dinyatakan bahwa ilmu Allah tersebut tidak lain dari Ilmu Pengetahuan yang dapat diberikan kepada manusia atas kehendak Allah, dengan demikian maka ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia saat ini terbatas sesuai kehendak Allah.

Jadi kasus seperti diatas menyatakan bahwa IP yang diberikan Allah kepada manusia adalah sesuai kehendakNya sekarang terbukti.

Sesuai keterangan NASA Science diatas di Alam Semesta ini ada tersedia total sebanyak 5% Materi Normal dari kapasitas materi Alam Semesta, berupa bahan nyata serta bagian dari benda-benda alam semesta yang bisa dilihat dan digunakan, sedangkan materi gelap (Dark Matter) ada sebanyak 27%, yang tidak kelihatan. Selebihnya Energi Gelap (Dark Energy) sebanyak 68% yang secara mistirius berada pada bagian Alam Semesta yang sedang memuai.

Percepatan dari pemuaian dipicu oleh Energi Gelap tersebut sehingga menimbulkan “anti gravity effect”, sampai ke pinggiran pemuaian yang sudah menajam, disimbulkan bahwa bentuk Alam Semesta tak ubahnya seperti “lonceng gereja” dalam keadaan terbalik.

Apabila pemuaian Alam Semesta akan tetap berlangsung secara terus menerus, maka menurut para ahli fisika pada suatu ketika Alam Semesta akan terbelah (The Big Rip), dan hal tersebut sudah diprediksi pula oleh Al-Qur’an bahwa langit akan terbelah (Qs;69:16). Sudah barang tentu hanya Tuhan-lah yang mengetahui karena inilah yang disebut terjadinya “Hari Kiamat” (Pengetahuan Non- Sekuler).

Nah, kasus misteri yang seperti inilah yang tidak diketahui oleh para ahli fisika modern, karena mereka masih bingung dan tidak tahu dari mana asalnya Energi Gelap tersebut dan bagaimana cara kerjanya, sehingga para ahli fisika merasa perlu untuk mengadakan konsensus.

Jadi kesimpulannya, terbukti sesuai motif tersebut bahwa IP sekuler tidak cukup untuk dapat menyelesaikan semua persoalan ilmu fisika modern, tanpa melibatkan IP non sekuler, karena dikhawatirkan dapat menyimpulkan hal-hal yang bisa merusak hakekat Moral Kehidupan dunia.

Memang manusia sudah terbiasa sesama makhluk dunia walaupun berbeda dalam pemikiran, semua benda benda yang terlibat berasal dari lingkungan alam yang nyata. Jadi kaum sekularist dan atheist memfokuskan diri mereka paling-paling kearah yang abstrak saja dan bukan melibatkan yang ghaib atau mysticism.

Mereka kurang menyadari bahwa Sang Pencipta Allah swt sama sekali tidak berasal dari alam semesta ini. Tuhan dari semula sebelum terjadinya “The Big Bang” sudah berada diluar langit dan bumi yang tadinya dalam keadaan padu. Jadi bukanlah suatu hal yang mustahil apabila Tuhan yang bukan berasal dari alam semesta seperti kita ini, terdapat tanda-tanda yang berasal dari Alam Ghaib:

1) Hanya ada satu Tuhan yaitu Allah swt

2) Dapat menciptakan kehidupan di Alam Semesta

3) Tuhan tidak bisa terlihat oleh mata kita

4) Tidak mungkin memiliki keturunan

5) Memiliki serta menguasai Alam Semesta.

Pengertian tentang Alam Ghaib adalah alam yang berada diluar Alam Semesta atau diluar “Sidratul Muntaha”, tepatnya di angkasa setelah “Langit ke-Tujuh”.

Walau Al-Qur’an, bukanlah buku IP, namun di dalamnya ada tanda-tanda atau logika yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern antara lain di bidang Fisika modern, Astronomi, Ginekologi dan lain-lain. Mau tidak mau inilah satu-satunya bacaan terpadu (Non Sekuler plus Sekuler) yang mudah diperoleh. Ada yang berpendapat isinya lebih meyakinkan dari pada isi Al-Kitab (Gospel).

Berikut ini kita akan membahas tentang tenaga listrik yang arusnya tidak bisa terlihat oleh mata kita, namun bisa dirasakan. Dalam Al-Qur’an pada Surat An Nuur (24): ayat 35, terdapat Isyarat dengan pengertian ganda, yaitu (1) Bimbingan cahaya Allah, (2) Ilmu fisika.

Perlu diketahui bahwa arus listrik berasal dari “Gelombang Elektro Magnetik” (GEM), berada disekitar alam kita, termasuk unsur non-sekuler. Untuk aliran listrik yang tersirat sebagai minyak zaitun, karena disebut “yang minyaknya saja hampir hampir menerangi walaupun tidak disentuh api”.

Logika dari keterangan tersebut adalah karena minyak zaitun secara tersirat telah diisyaratkan sebagai aliran listrik maka apabila ada “sentuhan listrik” bisa terjadi kortsleting, yang menimbulkan percikan pijar (hampir hampir menerangi) dan bukanlah karena sentuhan api.

Hal yang sangat mengagumkan isi ayat Al-Qur’an ini sesuai firman Allah harus dipikirkan oleh orang yang berakal, (Intelek asli) paham tentang isyarat dan apa yang tersirat sehingga dapat digunakan sebagai keterangan ilmiah. Ungkapan tentang minyak zaitun tersirat sebagai arus listrik adalah contoh nyata keterangan ilmiah bahwa GEM berasal dari ciptaan Allah.

Pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah Timur dan tidak disebelah Barat adalah GEM, karena magnet Bumi yang diolah menjadi listrik oleh generator bersumber dari Selatan dan Utara. Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis) adalah selisih Watt dari lampu-lampu atau bohlam yang sesuai untuk penerangan yang kita butuhkan sehari-hari.

Nah, inilah gambaran sederhana dari ayat Al-Qur’an bagi kaum “intelek” yang suka mengenyampingkan peranan Tuhan (sekularisme), menganggap diri merekalah yang benar, sehingga berani menyatakan bahwa “Allah itu tidak ada”, ternyata adalah pernyataan yang na’if atau “ende begap”.

Contoh selanjutnya menurut keterangan Al-Qur’an surat Az Zumar (39) ayat 42; orang yang meninggal Rohnya ditahan oleh Allah (setelah keluar dari tubuhnya). Roh memang tidak bisa dilihat, namun dengan ilmu gravitasi kita bisa buktikan roh tersebut ada. Caranya yang sudah dipraktekkan oleh para pakar dengan meletakkan tubuh orang yang mau meninggal tersebut diatas timbangan khusus, lalu mencatat berat tubuh yang masih hidup.

Menurut percobaan Dr.Duncan Mc.Dougall apabila orang tersebut telah mengalami kematian terlihat timbangannya berkurang antara 11 sampai 43 gram, berarti Rohnya sudah keluar, walaupun tidak terlihat, sedangkan menurut teori William Crookes berat roh (soul) tersebut hanya 21 gram = berada diantara 11 dan 43, seperti tersebut diatas. Kesimpulannya adalah bahwa untuk setiap materi yang tidak bisa dilihat belum tentu materi tersebut tidak ada. Hal seperti inilah yang disebut Dark Matter.

Walaupun dengan cloning manusia telah “bisa menciptakan” berbagai jenis binatang mungkin juga manusia, namun kemampuan manusia masih berada dibawah 50%, karena Ilmu Pengetahuan dan manusia sendiri belum bisa secara teknologi menciptakan (1) Sel DNA untuk memperoleh Janin, lalu juga membutuhkan (2) Rahim untuk menempatkan Janin agar janin tersebut bisa (3) Hidup dan (4) Berkembang akhirnya sampai proses (5) Kelahiran.

Kelima hal tersebut diatas adalah sistem dan proses alami yang menurut kaum Atheist sama sekali tidak melibatkan Allah dalam menciptakan makhluk hidup. Mereka berpendapat bahwa:

“Proses alamiah tidak memerlukan siapa-siapa, proses alamiah akan terjadi dengan sendirinya sesuai dengan kekuatan sesama sel-sel hidup yang saling menyatu sesuai pasangannya ”.

Pendapat tersebut diatas bukanlah keterangan Ilmiah dan tidak logis sama sekali, jika tidak ada yang melakukan pengadaan serta pengendalian Alam tersebut, tidak akan terdapat sel-sel hidup. Perlu diingatkan kembali bahwa “The Big Bang” tidak akan terjadi dengan sendirinya (secara alamiah), karena ada ayat Al-Qur’an menyatakan pemisahan langit dan bumi, yang sebelumnya terpadu, maka “pemisahan” tersebut terjadi karena Ridho Allah untuk mendirikan Alam Semesta atau Universe (Qs;21:30).

Perlu ditambahkan disini bahwa di Al Qur’an:

1) Surat Al Faatihah; ayat: 2.

2) Surat Luqman; ayat: 26.

3) Ayat Kursi; (2):255

Dari ketiga ayat-ayat diatas tersebut menyatakan justru Allah-lah yang menciptakan dan menguasai alam semesta ini dan bukanlah siapa siapa. Jadi “proses alami” tersebut sudah disesuaikan dengan hakekat penciptaan dari Allah.

Siapa Allah? Marilah kita cari definisi tentang Allah, yang hanya terdapat dalam Al-Qur’an. Lihat surat Al-Ikhlas; (112):(1-4), sebagai berikut:

1) Katakanlah Allah itu satu (dan tiada sekutu baginya).

2) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu.

3) Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan

4) Tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

Dapat kita interpretasikan bahwa Allah:

1) Adalah maha agung dan maha kuasa.

2) Maha kekal dan mengetahui segala kejadian dan kepada-Nyalah kita memohon.

3) Bukanlah makhluk yang berasal dari alam semesta.

4) Pantas disembah karena kesetaraan yang melebihi kesetaraan makhluk dunia.

Demikianlah definisi tentang Allah menurut Islam. Sesuai keterangan diatas tentang The Big Bang, Allah pada saat itu pasti telah memberikan Energi khusus untuk memulai ledakan tersebut. Karena energi tidak akan pernah hilang, maka besar kemungkinan setelah ledakan dan kemudian terjadi pemisahan, maka menurut teori, bisa jadi “Energy asli” (adhesive) plus “Energi khusus” itulah yang disebut Dark Energy.

Dengan demikian apabila membahas IP sekuler ternyata terbentur dan membingungkan, carilah ayat-ayat Al-Qur’an yang di-isyaratkan untuk itu. Hasilnya akan membuktikan bahwa seperti yang kita saksikan diatas, tanpa adanya Tuhan (Allah) tidak akan terbentuklah Alam Semesta atau Universe ini; Alhamdulillahira’bil’alamiin…..!


Jakarta 27 November 2015

Ing. Eddy R. Jahja















Tidak ada komentar: